Sekolah versus Dunia Riil: Apakah benar Kurikulum Kita Tidak Berkaitan Kembali?

Di kursi sekolah, kita diberikan rumus, teori, dan hafalan yang seringkali membuat kepala pusing. Tetapi saat telah memasuki dunia kerja, rupanya banyak yang merasa, “Lho, kok ini semua tidak diajarin waktu sekolah ya?” Ada pertanyaan besar: apakah benar kurikulum sekolah kita sudah tidak berkaitan kembali dengan keperluan dunia riil?

Silahkan kita bedah bersama-sama, mengapa ada jarak besar di antara pelajaran di sekolah dan realitas di atas lapangan kerja.

Teori versus Kemampuan: Yang mana Lebih Diperlukan?
Mekanisme pendidikan kita masih mengutamakan pada teori. Dari SD sampai kuliah, siswa dituntut agar dapat menjawab masalah ujian secara betul. Tetapi saat telah kerja, yang ditanyakan bukan “berapakah hasil integral ini,” tetapi “dapat kerjain project dalam deadline tidak?” atau “dapat komunikasi sama team secara baik tidak?”

Banyak beberapa perusahaan semakin tertarik pada kemampuan ringkas seperti komunikasi, masalah solving, critical thinking, bahkan juga kekuatan menyesuaikan dan bekerja sama tim. Skill-skill ini jarang-jarang sekali dipertajam di ruangan kelas.

Sekolah versus Dunia Riil: Apakah benar Kurikulum Kita Tidak Berkaitan Kembali?

Kurikulum yang Lamban Berbeda
Tehnologi dan keperluan industri berbeda cepat banget. Dunia kerja telah gunakan AI, digital pemasaran, data science, bahkan juga remote work. Tetapi sekolah masih ajarin kita gunakan Microsoft Word doang atau hafalan sejarah yang kurang berkaitan untuk profesi saat depan.

Kurikulum nasional sayang perlu waktu sekian tahun untuk dikoreksi. Walau sebenarnya, dunia luar berbeda dalam perhitungan bulan. Pada akhirnya, kita justru ketinggal jaman. Beberapa anak diberikan hal yang “bagus berdasar teori,” tetapi tidak cukup adaptive dengan jaman.

Contoh Kasus: Alumnus Tidak bekerja
Data dari BPS memperlihatkan jika banyak pengangguran asal dari alumnus SMA serta sarjana. Mengapa dapat demikian? Satu diantaranya karena dunia pendidikan belum memperlengkapi mereka dengan kemampuan yang dicari industri. Banyak yang pandai di kertas, tetapi gagap saat harus hadapi pekerjaan yang sebetulnya.

Contohnya, ada alumnus akuntansi yang tidak dapat gunakan software akuntansi seperti Akirate atau Excel tingkat lanjut. Ada alumnus komunikasi yang tidak memahami langkah membuat konten digital. Ini bukti jika evaluasi kebanyakan kurang praktek dan teori.

Apa Kata Beberapa Karyawan?
Jika kita bertanya langsung ke beberapa karyawan muda, umumnya akan jawab jika pelajaran paling bermanfaat bukan yang didapatkan di kelas, tetapi yang didalami sendiri pengalaman dari, training, atau YouT pelatihan online dan ube.

Bayangin, anak SMA belajar ekonomi makro, tetapi tidak tahu langkah membuat CV yang bagus atau ngatur keuangan pribadi. Aneh kan?

Perlukah Reformasi Kurikulum?
Jawabnya: iya, sekali! Pendidikan harus mulai berubah dari sekedar hafalan ke praktek dan pembangunan kemampuan hidup. Banyak hal yang seharusnya segera masuk kurikulum diantaranya:

Literatur keuangan: agar tahu langkah ngatur upah dan investasi semenjak usia muda

Publik speaking dan komunikasi efektif: kemampuan penting untuk kerja apa pun itu

Tehnologi dan digital literacy: minimum tahu langkah kerja internet, AI, dan basis digital

Management waktu dan stress: karena dunia kerja tidak dapat semulus agenda sekolah

Entrepreneurship dan critical thinking: agar tidak hanya menjadi job seeker, tetapi juga job creator

Jalan keluar dari Akar

Sebenarnya tidak berarti semuanya yang diberikan di sekolah itu tidak penting. Matematika, sains, dan bahasa masih tetap penting, tetapi langkah penyampaiannya yang perlu diperbaharui. Guru harus diberi metode edukasi modern yang menyangkutkan teori dengan kerangka nyata. Contohnya, belajar prosentase melalui study kasus e- potongan harga berbelanja atau commerce.

Disamping itu, sekolah cmd368 link agar lebih terbuka kerjasama dengan dunia industri. Magang dan praktek kerja harus menjadi sisi kurikulum, tidak hanya bonus.

Ringkasan: Sekolah Harus Berbeda, Bukan Dihapus
Permasalahannya tidak pada sekolah tersebut, tetapi pada mekanisme dan pendekatannya yang kaku. Kurikulum perlu dibongkar agar berkaitan dengan jaman. Jika tidak, ya bersiap angkatan muda kebingungan sendiri demikian lulus. Belajar harus berkaitan, aplikatif, dan membuat siap temui dunia nyata.

Telah waktunya kita bertanya: apa yang sebetulnya harus diberikan di sekolah? Jawabnya tidak hanya rumus dan hafalan, tetapi life kemampuan yang membuat kita siap berdiri sendiri.

By admin